Jumat, 25 November 2011

ETIKA DENGAN PIMPINAN KANTOR


Dalam lingkungan kerja, bukan hal yang asing jika sesekali pimpinan direksi atau ketua divisi mengajak anak buahnya makan-makan atau pesta di luar jam kantor. Cara ini biasa dilakukan untuk mengakrabkan diri dengan karyawan atau sekedar menghilangkan jenuh setelah seharian bekerja.

Menurut Wendy Komac, penulis 'I Work with Crabby Crappy People', bagi para karyawan, makan malam atau hang-out bersama bos bisa jadi kesempatan untuk menciptakan kesan positif di luar lingkungan kantor. Pada momen ini, boleh saja berbicara dengan bahasa informal, bersikap santai dan berkelakar. Tapi perlu diingat, atasan adalah atasan dan tetap ada batasan yang harus diperhatikan.

Pertama-tama yang harus dilakukan, jangan ucapkan terima kasih telah diundang oleh bos Anda. Kedua, jadilah diri sendiri dengan tetap mengutamakan perilaku dan etiket. Artinya, jangan tiba-tiba Anda jadi orang yang humoris jika sebenarnya Anda bersifat serius.

"Anda bisa berharap ajakan hang-out atasan bisa jadi kesempatan alternatif untuk menunjang karir, tapi jangan terlalu menekan diri sendiri. Biarkan mengalir apa adanya dan tidak perlu berusaha terlalu keras untuk menarik perhatian bos," tutur Roshini Rajkumar, career expert dan executive communication and image coach, seperti dikutip dari Huffington Post.

Bagaimana etika bersikap dan berbicara pada atasan saat acara luar kantor? Ini dia beberapa hal yang sebaiknya tidak Anda katakan agar jangan sampai menghancurkan karir.

1. Jangan bicarakan isu-isu tidak sedap seputar perusahaan. Anda tentunya tidak mau dicap sebagai pengadu dan membuat suasana yang tadinya menyenangkan jadi menyebalkan. Bicarakan saja hal-hal yang ringan, seperti berita peristiwa yang sedang hangat di media atau bahkan gosip seputar selebriti. Tapi sebaiknya cari tahu juga topik-topik obrolan apa yang disukai atasan. Jangan sampai Anda membuatnya bosan karena ternyata dia tidak terlalu suka hal-hal seputar gosip.

2. Tidak perlu berusaha terlihat cerdas dan pintar dengan membicarakan isu-isu politik maupun hukum secara mendetail, kecuali jika atasan yang lebih dulu membuka topik serius dan ingin berargumen. Cukup tunjukkan kalau Anda cukup mengikuti perkembangan informasi terbaru di area nasional maupun internasional.

3. Hindari berkeluh kesah soal pekerjaan Anda. Meskipun sedang berada di luar kantor dan jauh dari pekerjaan, bukanlah hal yang bijak curhat soal masalah gaji, jam kerja atau tugas kantor yang tidak Anda sukai. Ingat, tujuan dari hang out atau pesta makan malam yang diadakan atasan Anda adalah bersantai dan menjadi lebih akrab. Janganlah dirusak dengan hal-hal yang menurunkan mood. Jika ada keluhan, sampaikan pada pihak yang berwenang, staf HRD, misalnya.

4. Tak ada salahnya memberikan pujian untuk menyenangkan hati atasan. Tapi usahakan jangan berlebihan, karena Anda akan terlihat seperti penjilat. Misalnya jika acara makan malam diadakan di rumahnya, cukup katakan enaknya makanan yang dihidangkan atau puji rumahnya yang indah dan hangat. Tidak perlu berkomentar tentang barang-barang yang ada di dalamnya, seperti pajangan, foto atau furnitur dan mengatakan bahwa seleranya terhadap seni sangat tinggi.

"Acara makan malam bersama bukanlah tempat untuk membuat Anda naik gaji atau naik jabatan. Tapi kesempatan untuk menunjukkan, Anda orang yang bagus dalam bersosialisasi," jelas Diane Gottsman, pakar etiket.

5. Jangan terlalu banyak mengumbar kehidupan pribadi, seperti masalah dalam keluarga, pertengkaran dengan suami, betapa menyebalkannya ibu mertua, dan sebagainya. Cukup ceritakan aktivitas Anda bersama keluarga di akhir pekan, atau hobi yang sering Anda lakukan di waktu luang. Siapa tahu, ternyata Anda punya kesamaan hobi dengan atasan dan obrolan pun bisa mengalir lebih hangat.

Diambil dari wolipop.com

Jumat, 18 November 2011


Bukan Dia Tapi Aku
berulang kali kau menyakiti
berulang kali kau khianati
sakit ini coba pahami
ku punya hati bukan tuk disakiti
 ku akui sungguh beratnya
meninggalkanmu yang dulu pernah ada
namun harus aku lakukan
karena ku tahu ini yang terbaik
ku harus pergi meninggalkan kamu
yang telah hancurkan aku
sakitnya, sakitnya, oh sakitnya
ku harus pergi meninggalkan kamu
yang telah hancurkan aku
sakitnya, sakitnya, oh sakitnya
cintaku lebih besar darinya
mestinya kau sadar itu
bukan dia, bukan dia, tapi aku
begitu burukkah ini
hingga ku harus mengalah
ku harus pergi meninggalkan kamu
yang telah hancurkan aku
sakitnya, sakitnya, oh sakitnya
(cintaku) cintaku
(lebih besar dari benciku) lebih besar dari benciku
cukup aku yang rasakan
(jangan dia) jangan dia
(jangan dia) jangan dia cukup aku
(jangan dia jangan dia) cukup aku
(jangan dia)

Senin, 14 November 2011

SEJARAH MULO BUKO ADEGING PEMERINTAHAN DESA KEDUNGPOH


Desa Kedungpoh merupakan bagian dari Kabupaten Gunungkidul, Secara otonomi adalah Desa yang berpemerintahan sejak tahun 1911.Wilayah Kedungpoh merupakan bagian dari Kademangan Kedungkeris ( menurut cerita / kesaksian sesepuh desa ). Pada masa Kolonial Hindia Belanda ,kerajaan Mataram Ngayogyakarta Hadiningrat mempunyai bagian walayah yaitu Ketemenggungan Gunungkidul.Katumenggungan Gunungkidul kemudian membentuk desa-desa yang salah satunya adalah Desa Kedungpoh.

Hal ini diperkuat oleh para pelaku sejarah bahwa Beslit ( SK / Serat kekencingan Lurah yang pertama pada tahun tersebut (1911) yakni Eyang Lurah Karto Rejo yang merupakan pepimpin pertama Desa Kedungpoh .Cerita tersebut menjadi bahan kajian oleh masyarakat ,tokoh,dan pemerintahan Desa dalam menggali Sejarah berdirinya Desa Kedungpoh .

Masyarakat Desa Kedungpoh sudah ada sebelum adanya ( SK/Serat kekancingan )Lurah terbukti dengan sejarah berupa petilasan-petilasan dan nama kampong yang ada di desa Kedungpoh  ,seperti petilasan : Pasareyan Kwasen,Kampung tambran ,Kampung nanasan,Kampung Dawung ,alas parangan,kampong Ringin Putih,Kampung Penthuk,alas Cering ,sungai Kedung Gender ,dan Grumung Gojo.

Sehingga ada pertimbangan dari beberapa tokoh bahwa desa Kedungpoh ada sejak adanya pemerintahan Desa pada tahun 1911.Sumber pembuktian tentang pemerintahan desa Kedungpoh pada tahun 1911 belum bisa menemukan secara Deyure keberadaan SK tersebut,tetapi secara Defacto telah banyak kesaksian ,dan pembenaran dari tokoh tetua desa Kedungpoh,yang secara formal pemerintahan Desa Kedungpoh telah menggali sejarah secara langsung dengan melalui investigasi dalam agenda forum penggalian sejarah Desa Kedungpoh pada Januari 2008.

Tokoh-tokoh yang hadir sebagai nara sumber  antara lain : Pawiro Wigyono( mantan dukuh Nglorog),Ngatmo nado (tokoh tetua Desa ),Muhadi ( Mantan abdi lurah Karto Rejo),ibu Samirah ( istri mantan pamong Desa ) .Kegiatan ini difasilitasi dan inisiatif dari pemerintah Desa Kedungpoh pada waktu itu yang di pimpin oleh Edi Susilo Sebagai kepala Desa.